LAPORAN KEUANGAN
Sebelum membahas lebih jauh mengenai
Analisis Rasio Keuangan, akan dibahas terlebih dahulu apakah laporan keuangan
itu?. Laporan keuangan adalahcatatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode
akuntansi yang
dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
Unsur yang berkaitan secara langsung
dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, kewajiban,dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan
dengan pengukuran kinereja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan
laba rugi dan
perubahan dalam berbagai unsur neraca.
Jenis-jenis laporan keuangan terdiri dari :
1. Neraca
Laporan keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu. Neraca menyajikan dalam data historikal aktiva yang merupakan sumber operasi perusahaan yang dijalankan, utang yaitu kewajiban perusahaan, dan modal dari pemegang saham perusahaan.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan keuangan yang berisikan informasi tentang keuntungan atau kerugian yang diderita oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Pada laporan ini menyajikan data pendapatan sebagai hasil usaha perusahaan dan beban sebagai pengeluaran operasional perusahaan.
3. Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Biasanya disebut daftar sumber dan penggunaan dana, menunjukkan asal kas diperoleh dan bagaimana digunakannya. Laporan perubahan posisi keuangan menyediakan latar belakang historis dari pola aliran dana. Laporan ini terbagi menjadi dua yaitu; Laporan Perubahan Modal Kerja dan Laporan Arus Kas. Laporan Perubahan Modal Kerja menyajikan data-data aktiva lancar dan utang lancar, sedangkan Laporan Arus Kas menyajikan data-data mengenai arus kas dari kegiatan operasional, kegiatan investasi, kegiatan keuangan/pembiayaan, dan saldo kas awal, serta saldo kas akhir.
4. Catatan dan laporan lain sebagai penjelasan bagi laporan keuangan
Catatan dan laporan lain merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari laporan keuangan. Catatan-catatan ini tergantung pada kebijakan akuntansi yang digunakan pada waktu mempersiapkan laporan keuangan dan memberi tambahan detail mengenai beberapa bagian di laporan keuangan. Misalnya, Laporan Harga Pokok Produksi, Laporan Perubahan Modal atau Laba Ditahan, Laporan Kegiatan Keuangan.
1. Neraca
Laporan keuangan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu. Neraca menyajikan dalam data historikal aktiva yang merupakan sumber operasi perusahaan yang dijalankan, utang yaitu kewajiban perusahaan, dan modal dari pemegang saham perusahaan.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan keuangan yang berisikan informasi tentang keuntungan atau kerugian yang diderita oleh perusahaan dalam satu periode tertentu. Pada laporan ini menyajikan data pendapatan sebagai hasil usaha perusahaan dan beban sebagai pengeluaran operasional perusahaan.
3. Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Biasanya disebut daftar sumber dan penggunaan dana, menunjukkan asal kas diperoleh dan bagaimana digunakannya. Laporan perubahan posisi keuangan menyediakan latar belakang historis dari pola aliran dana. Laporan ini terbagi menjadi dua yaitu; Laporan Perubahan Modal Kerja dan Laporan Arus Kas. Laporan Perubahan Modal Kerja menyajikan data-data aktiva lancar dan utang lancar, sedangkan Laporan Arus Kas menyajikan data-data mengenai arus kas dari kegiatan operasional, kegiatan investasi, kegiatan keuangan/pembiayaan, dan saldo kas awal, serta saldo kas akhir.
4. Catatan dan laporan lain sebagai penjelasan bagi laporan keuangan
Catatan dan laporan lain merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari laporan keuangan. Catatan-catatan ini tergantung pada kebijakan akuntansi yang digunakan pada waktu mempersiapkan laporan keuangan dan memberi tambahan detail mengenai beberapa bagian di laporan keuangan. Misalnya, Laporan Harga Pokok Produksi, Laporan Perubahan Modal atau Laba Ditahan, Laporan Kegiatan Keuangan.
Menurut Statement of Financial Accounting Concept No. 1.Tujuan
dan manfaat laporan keuangan adalah:
- Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yg dapat membantu investor kreditor dan pengguna lain yg potensial dalam membuat keputusan lain yg sejenis secara rasional.
- Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi yg dapat membantu investor kreditor dan pengguna lain yg potensial dalam memperkirakan jumlah waktu dan ketidakpastian penerimaan kas di masa yg akan datang yg berasal dari pembagian deviden ataupun pembayaran bunga dan pendapatan dari penjualan.
- Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi tentang sumber daya ekonomi perusahaan. Klaim atas sumber daya kepada perusahaan atau pemilik modal.
- Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi tentang prestasi perusahaan selama satu periode. Investor dan kreditor sering menggunakan informasi masa lalu utk membantu menaksir prospek perusahaan.
Menurut PSAK (2004) pihak-pihak yg memanfaatkan laporan keuangan adl (IAI2004) :
- Investor. Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dgn risiko yg melekat serta hasil pengembangan dari investasi yg mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi utk membantu menentukan apakah harus membeli menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yg memungkinkan mereka utk menilai kemampuan perusahaan utk membayar dividen.
- Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yg mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dgn informasi yg memungkinkan mereka utk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
- Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dgn informasi keuangan yg memungkinkan mereka utk memutuskan apakah pinjaman serta bunga dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
- Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lain tertarik dgn informasi yg memungkinkan mereka utk memutuskan apakah jumlah yg terhutang akandibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yg lbh pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
- Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dgn informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.
- Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yg berada di bawah kekuasaa berkepentingan dgn alokasi sumber daya dan krn ini berkepentingan dgn aktivitas perusahaan mereka menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar utk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
- Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misal perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional termasuk jumlah orang yg dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dgn menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
ANALISIS RASIO KEUANGAN
Laporan
keuangan
merupakan alat yg sangat penting utk mendapatkan informasi sehubungan dgn
posisi keuangan dan hasil-hasil yg dicapai oleh perusahaan. Data keuangan
tersebut akan lbh berarti jika diperbandingkan dan dianalisis lbh lanjut
sehingga dapat diperoleh data yg dapat mendukung keputusan yg diambil.
Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan
menganalisa prestasi operasi perusahaan. Analisis rasio keuangan juga dapat
dipergunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan pengendalian keuangan.
Analisis rasio keuangan biasanya dikelompokan kedalam empat kelompok rasio,
yaitu antara lain :
A.
RASIO
LIKUIDITAS
Rasio likuiditas, mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan jangka pendek tepat pada waktunya.
1. Current ratio, adalah rasio antara aktiva
lancar dibagi dengan utang lancar, rasio ini merupakan alat ukur bagi
likuiditas (solvabilitas jangka pendek)
a. Aktiva lancar meliputi kas, surat
berharga, piutang dan persediaan.
b. Utang lancar meliputi utang pajak,
utan bunga,utang wesel, utang gaji, jangka pendek lainnya.
2. Cash Ratio, digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang
lebih liquid (liquid
assets).
3. Quick Ratio (Acid Test Ratio), adalah
rasio antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang lancar. Rasio ini
mengukur solvabilitas jangka pendek tetapi tidak memperhitungkan persediaan
karena persediaan merupakan aktiva lancar yang kurang liquid.
4. Working Capital to Total Assets Ratio
dipergunakan untuk mengukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja
(netto).
B.
RASIO
LAVERAGE
Rasio laverage yang mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai
dengan utang, kreditur akan melihat proporsi modal sendiri untuk menentukan
margin of safety. Tetapi bagi pemilik perusahaan pemenuhan kebutuhan dana
dengan menarik utang akan memberi manfaat (a) kontrol perusahaan tidak
berkurang, (b) jika perusahaan memperoleh tingkat keuntungan yang jauh lebih
besar daripada bunga yang harus dibayarkan kepada kreditur maka pemilik perusahaan
akan memperoleh manfaat besar.
1. Total Debt to Ratio, Rasio ini dapat
digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar jumlah rupiah modal sendiri yang
dijaminkan atas hutang. Semakin besar rasio ini akan semakin menguntungkan
perusahaan, sedangkan bagi pihak bank akan mengakibatkan semakin besar risiko
yang ditanggungnya
2. Total Debt to Capital Aset, Ratio ini
digunakan untuk mengukur bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin
keseluruhan kewajiban atau hutang
3. Long Term Debt to Equity Ratio, Ratio ini
digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk
hutang jangka panjang.
4. Tangible Aset Debt Coverage, Rasio ini
digunakan untuk mengukur besar aktiva tetap tangible yang digunakan untuk
menjamin hutang jangka panjang
5. Time Interest Earned Ratio, adalah
rasio antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga yang
mengukur seberapa besar keuntungan dapat berkurang tanpa mengakibatkan adanya
kesulitan keuangan karena perusahaan tidak mampu membayar bunga.
C.
RASIO
AKTIVITAS
Rasio aktivitas mengukur sejauh mana
efektivitas perusahaan dalam menggunakan sumber dayanya.
1. Total Assets Turnover, Rasio ini mengukur
tingkat efisiensi dan efektivitas dari perputaran maupun pemanfaatan total
aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan
yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah yang telah ditanamkan pada
aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi perusahaan.
2. Receivables Turnover, Rasio ini
menunjukkan besarnya modal kerja yang tertanam dalam piutang dan berapa kali
piutang rata-rata ditagih dalam periode tersebut. Semakin tinggi rasio ini
berarti semakin rendah modal kerja yang ditanamkan dalam piutang.
3. Average Collection Periode, digunakan
untuk mengukur periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang
(dalam satuan hari). Jika menghasilkan angka yang semakin kecil menunjukan
hasil yang semakin baik
4. Inventory Turnover, digunakan untuk
mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu
periode tertentu, atau likuiditas dari persediaan dan tendensi adanya
“overstock”.
5. Average Day's Inventory, digunakan
untuk mengukur periode (hari) rata-rata persediaan barang dagangan berada di
gudang perusahaan
6. Working Capital Turnover, digunakan
untuk mengukur kemampuan modal kerja (netto) yang berputar pada suatu periode
siklus kas (cash cycle) yang terdapat diperusahaan
D.
RASIO
PROFITABILITAS
Rasio
ini mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukan oleh besar
kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannyadengan penjualan
maupun investasi.
1. Gross Profit Margin, adalah rasio
antara penjualan dikurang dengan harga pokok penjualan (laba kotor) dengan
penjualan. Rasio ini mengukur laba kotor yang dihasilkan dari setiap rupiah
penjualan. GPM yang rendah dari rata-rata industri menunjukan bahwa harga jual
perusahaan relatif lebih rendaj atau hpp yang relatif lebih tinggi atau
keduanya.
2. Operating Income Ratio (Operating
Profit Margin), dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah
penjualan
3. Operating Ratio, digunakan untuk
mengukur biaya operasi per rupiah penjualan, semakin kecil angka rasio
menunjukan kinerja yang semakin baik.
4. Net Profit Margin (Sales Margin),
adalah rasio antara (EAT) laba setelah pajak dengan penjualan yang mengukur
laba bersih (EAT) yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan. Rasio ini juga
dibandingkan dengan rata-rata industri.
5. Earning Power of Total Investment (Rate of Returnan Total Assets), Digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal perusahaan
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi
semua investor (pemegang obligasi + saham).
6. Net Earning Power Ratio (Rate of
Return on Invesment/ROI), adalah rasio antara laba setelah pajak (EAT) dengan
total aktiva. Rasio ini mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari
investasi total atau ROI digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih
7. Rate of The Owners (Rate of Return on
Net Worth), adalah rasio antara laba setelah pajak dengan net worth atau modal
sendiri, yang menunjukan besarnya laba yang tersedia bagi pemegang saham dan
Digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan
bagi pemegang saham preferen dan saham biasa.
Manfaat dan Keterbatasan Analisis Rasio
Sebelum
diketahui manfaat yang dapat diperoleh dari analisis rasio yang digunakan,
sebaiknya diketahui terlebih dahulu maksud dilakukannya analisis terhadap
laporan keuangan yaitu dengan mempelajari hubungan dan tendensi yang ada
diharapkan dapat menentukan posisi dan kondisi keuangan serta hasil operasi perusahaan
maupun perkembangannya di masa yang akan datang.
Weston dan
Brigham (1998) menyatakan, “Analisis rasio digunakan oleh tiga kelompok utama:
- Manajer, yang menggunakan rasio-rasio tersebut untuk menganalisis, mengendalikan, dan memperbaiki operasi perusahaan;
- Analisis kredit, seperti petugas kredit bank atau analis yang menetapkan peringkat obligasi (di AS), yang menganalisis rasio untuk menentukan kemampuan suatu perusahaan membayar hutangnya; dan
- Analisis sekuritas, yaitu analis saham yang berkepentingan atas efisiensi dan prospek pertumbuhan perusahaan, dan analis obligasi yang berkepentingan atas kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan pokok obligasi serta nilai likuidasi aktiva dalam hal terjadinya kepailitan”(h. 312-313).
Weston et al.
(1998) menyatakan, “Kita juga harus memperhatikan bahwa meskipun analisis rasio
dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan operasi dan
keadaan keuangan perusahaan, namun di dalamnya terdapat masalah dan
keterbatasan yang memerlukan kehati-hatian dan pertimbangan. Sebagian dari
masalah tersebut adalah sebagai berikut:
- Banyak perusahaan besar mengoperasikan beberapa divisi yang berbeda pada industri yang sangat berlainan, dan dalam keadaan semacam itu sukarlah untuk mendapatkan rata-rata industri yang bisa digunakan sebagai bahan pembanding yang tepat.
- Hampir semua perusahaan ingin berprestasi di atas rata-rata (meskipun pada kenyataannya separuh akan di bawah dan separuh lagi di atas rata-rata), sehingga pencapaian prestasi rata-rata semata belumlah harus dinyatakan baik.
- Inflasi menyebabkan distorsi besar pada neraca – nilai yang tercatat di neraca kerap kali sangat berbeda dari nilai yang sebenarnya.
- Faktor-faktor musiman juga menyebabkan ketimpangan pada analisis rasio.
- Perusahaan dapat menggunakan teknik “window dressing”(teknik untuk mempercantik laporan keuangan) agar laporan keuangannya kelihatannya lebih baik bagi analisis kredit.
- Perbedaan praktek operasi dan akuntansi bisa menyebabkan distorsi dalam perbandingan.
- Sebenarnya sukar untuk menetapkan secara pasti apakah suatu rasio baik atau buruk.
- Suatu perusahaan bisa mempunyai sejumlah rasio yang kelihatan baik sedangkan rasio lainnya jelek, sehingga sulit untuk mengatakan apakah secara keseluruhan perusahaan ini baik atau buruk”(h. 313-314).
Berikut kami
melampirkan contoh laporan keuangan PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang kemudian
akan kami cari dan bahas cara perhitungan serta mencari hasil persentase dari
setiap rasio yang telah kami jabarkan diatas :
Tabel 1.1 Perhitungan Ratio
|
||||||
Sumber : PT. Astra Agro Lestari
Tbk.
|
||||||
|
||||||
|
Metode Perhitungan
|
Tahun 2007
|
Interpretasi Tahun 2007
|
Tahun 2008
|
Interpretasi Tahun 2008
|
Kesimpulan
|
I. Ratio Likwiditas
|
|
|
Kemampuan Perusahaan untuk membayar
hutang yang harus dipenuhi adalah setiap hutang lancar Rp. 1,- dijamin oleh
aktiva lancar Rp. 1,61
|
|
Kemampuan Perusahaan untuk membayar
hutang yang harus dipenuhi adalah setiap hutang lancar Rp. 1,- dijamin oleh
aktiva lancar Rp. 1,94
|
Kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang lancar naik pada tahun 2008, karena bertambahnya jumlah aktiva tetap
dan berkurangnya jumlah hutang lancar.
|
a. Current Ratio
|
Aktiva Lancar
|
= 1.647.854
|
= 1.975.656
|
|||
|
Hutang Lancar
|
1,027,958
|
1,016,167
|
|||
|
|
= 1,61
|
= 1,94
|
|||
|
|
|
Kemampuan Perusahaan untuk membayar
hutang yang harus dipenuhi dengan kas yang tersedia, setiap hutang
lancar Rp. 1,- dijamin oleh kas
sebesar Rp. 1,61
|
|
Kemampuan Perusahaan untuk membayar
hutang yang harus dipenuhi dengan kas yang tersedia, setiap hutang
lancar Rp. 1,- dijamin oleh kas
sebesar Rp. 0,85
|
Kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang lancar dgn menggunakan Kas menurun pada tahun 2008, karena jumlah Kas
yang berkurang namun Hutang Lancarnya bertambah.
|
b. Cash Ratio
|
Kas + Efek
|
= 1.012.772
|
= 867.676
|
|||
(Ratio of immediate solvency)
|
Hutang Lancar
|
1,027,958
|
1,016,167
|
|||
|
|
= 1,11
|
= 0,85
|
|||
|
|
|
Kemampuan Perusahaan untuk membayar
hutang yang harus dipenuhi dgn aktiva lancar yg lebih Likuid yang tersedia, setiap hutang lancar Rp. 1,- dijamin oleh aktiva sebesar Rp. 1,09
|
|
Kemampuan Perusahaan untuk membayar
hutang yang harus dipenuhi dgn aktiva lancar yg lebih Likuid yang tersedia, setiap hutang lancar Rp. 1,- dijamin oleh aktiva sebesar Rp. 0,87
|
Kemampuan Perusahaan untuk membayar
hutang yang harus dipenuhi dgn aktiva lancar yg lebih Likuid yang tersedia menurun pada tahun 2008,
karena menurunnya jumlah Piutang sedangkan jumlah Hutang Lancarnya bertambah.
|
c. Quick (Acid test)
Ratio
|
Kas + Efek + Piutang
|
= 1.012.958 + 111.664
|
= 867.676 + 16.346
|
|||
|
Hutang Lancar
|
1,027,958
|
1,016,167
|
|||
|
|
= 1,09
|
= 0,87
|
|||
|
|
|
Likwiditas dari total aktiva dan
posisi modal kerja pada tahun 2007 sebersar 0,11
|
|
Likwiditas dari total aktiva dan
posisi modal kerja pada tahun 2008 sebersar 0,12
|
Likwiditas dari total aktiva dan
posisi modal kerja naik pada tahun 2008 sebersar 0,1, karena jumlah aktiva
pada tahun 2008 bertambah
|
d. Working Capital to Total Asset Ratio
|
Aktiva Lancar - Hutang Lancar
|
= 1.647.854 - 1.027.958
|
= 1.975.656 - 1.183.215
|
|||
|
Jumlah Aktiva
|
5,352,986
|
6,519,791
|
|||
|
|
= 0,11
|
= 0,12
|
|||
|
|
|
|
|||
II. Ratio Leverage
|
|
|
Besarnya jumlah modal sendiri yang
dijadikan jaminan untuk keseluruhan Hutang pada tahun 2007, Rp. 1,- pada
modal menjamin hutang sebesar Rp. 1,32
|
|
Besarnya jumlah modal sendiri yang
dijadikan jaminan untuk keseluruhan Hutang pada tahun 2008, Rp. 1,- pada
modal menjamin hutang sebesar Rp. 1,36
|
Besarnya jumlah modal sendiri yang
dijadikan jaminan untuk keseluruhan Hutang pada tahun 2008 naik sebesar
Rp.0,4,
|
a. Total Debt to Ratio
|
Hutang Lancar + Hutang Jangka
Panjang
|
= 1.027.958 + 122.617
|
= 1.016.167 + 167.346
|
|||
|
Jumlah Modal Sendiri
|
870,849
|
870,849
|
|||
|
|
= 1,32
|
= 1,36
|
|||
|
|
|
Beberapa bagian dari aktiva yang
digunakan untuk menjamin hutang lancar, Rp. 0,22 hutang lancar pada setiap
rupiah Akiva
|
|
Beberapa bagian dari aktiva yang
digunakan untuk menjamin hutang lancar, Rp. 0,19 hutang lancar pada setiap
rupiah Akiva
|
Besarnya bagian aktiva lancar yang
digunakan untuk menjamin hutang lancar menurun pada tahun 2008, karena
bertambahnya jumlah Hutang lancar pada tahun 2008.
|
b. Total Debt to Total Capital Assets
|
Hutang Lancar + Hutang Jangka
Panjang
|
= 1.027.958 + 122.617
|
= 1.016.167 + 167.849
|
|||
|
Jumlah Modal / Aktiva
|
5,352,986
|
6,519,791
|
|||
|
|
= 0,22
|
=0,19
|
|||
|
|
|
Bagian dari modal sendiri yang di jadikan jaminan pada
tahun 2007 sebesar Rp. 0,14 untuk setiap rupiah Hutang Lancar.
|
|
Bagian dari modal sendiri yang di jadikan jaminan pada
tahun 2008 sebesar Rp. 0,19 untuk setiap rupiah Hutang Lancar.
|
Besarnya bagian Modal Sendiri yang digunakan untuk menjamin hutang lancar
naik pada tahun 2008, karena bertambahnya jumlah Hutang lancar pada tahun
2008.
|
c. Long Term Debt to Euqity Ratio
|
Hutang Jangka Panjang
|
= 122.617
|
= 167.048
|
|||
|
Modal Sendiri
|
870,849
|
870,849
|
|||
|
|
= 0,14
|
= 0,19
|
|||
|
|
|
Besarnya aktiva Tangible yang
dijadikan jaminan untuk Hutang Jangka Panjang pada tahun 2007 sebesar Rp.
35,27 untuk setiap rupiah Hutang Jangka Panjang
|
|
Besarnya aktiva Tangible yang
dijadikan jaminan untuk Hutang Jangka Panjang pada tahun 2007 sebesar Rp.
32,95 untuk setiap rupiah Hutang Jangka Panjang
|
Besarnya bagian Aktiva
Tangible yang digunakan untuk menjamin
hutang Jangka Panjang naik pada tahun 2008, karena bertambahnya jumlah Aktiva
Tangible pada tahun 2008.
|
d. Tangible Assets Debt Coverage
|
Jumlah Aktiva - Intangibles -
Hutang Lancar
|
= 5.352.986 - 1.027.958
|
= 6.519.791 - 1.016.167
|
|||
|
Hutang Jangka Panjang
|
122,617
|
167,048
|
|||
|
|
= 35,27
|
= 32,95
|
|||
|
|
|
Besarnya jaminan keuntungan untuk
membayar bungan Hutang Jangka Panjang. Setiap rupaih Bunga Hutng Jangka
Panjang pada tahun 2007 dijamin oleh Keuntungan Rp. 23,8
|
|
Besarnya jaminan keuntungan untuk
membayar bungan Hutang Jangka Panjang. Setiap rupaih Bunga Hutng Jangka
Panjang pada tahun 2008 dijamin oleh Keuntungan Rp. 23,64
|
Besarnya jaminan keuntungan untuk
membayar bungan Hutang Jangka Panjang. Menurun pada tahun 2008, menjadi Rp.
23,64 setiap rupiahnya.
|
e. Times Interest Earned Ratio
|
EBIT
|
= 2.920.242
|
= 3.949.435
|
|||
|
Hutang Jangka Panjang
|
122,617
|
167,048
|
|||
|
|
= 23,8
|
= 23,64
|
|||
|
|
|
|
|||
III. Ratio Aktivitas
|
|
|
Dana yang tertanam dalam
keseluruhan aktiva pada tahun 2007, rata-rata berputar 1,11x atau setiap
rupiah aktiva berputar selama setahun dapat menghasilkan revenue sebesar
Rp.1,11
|
|
Dana yang tertanam dalam
keseluruhan aktiva pada tahun 2008, rata-rata berputar 1,25x atau setiap
rupiah aktiva berputar selama setahun dapat menghasilkan revenue sebesar
Rp.1,25
|
Perputaran dana pada tahun 2008
meningkat dibandingkan 2007, hal ini terjadi karena penjualan pada tahun 2008
meningkat.
|
a. Total Assets Turnover
|
Penjualan Neto
|
= 5.960.954
|
= 8.161.217
|
|||
|
Jumlah Aktiva
|
5,352,986
|
6,519,791
|
|||
|
|
= 1,11
|
= 1,25
|
|||
|
|
|
Dana yang tertanam pada Piutang
berputar dalam periode tertentu, pada tahun 2007 rata-rata dana yang tertanam
dalam Piutang berputar 25x
|
|
Dana yang tertanam pada Piutang
berputar dalam periode tertentu, pada tahun 2008 rata-rata dana yang tertanam
dalam Piutang berputar 25x
|
Dana yang tertanam pada Piutang
berputar dalam periode tertentu, pada tahun 2007- 2008 rata-rata dana yang
tertanam dalam Piutang berputar 25x
|
b. Receivables Turnover
|
Penjualan Kredit
|
= 111.664
|
= 16.346
|
|||
|
Piutang Rata-Rata
|
4,466.56
|
653.84
|
|||
|
|
= 25
|
= 25
|
|||
|
|
|
Piutang pada tahun 2007 dikumpulkan
rata-rata setiap 15 hari sekali.
|
|
Piutang pada tahun 2008 dikumpulkan rata-rata setiap 15 hari
sekali.
|
Piutang pada tahun 2007-2008
dikumpulkan rata-rata setiap 15 hari sekali.
|
c. Average Collection Periode
|
Piutang Rata-Rata x 360
|
= 4.466,56 x 360
|
= 653,84 x 360
|
|||
|
Penjualan Kredit
|
111,664
|
16,346
|
|||
|
|
= 14,4
|
= 14,4
|
|||
|
|
|
Dana yang tertanam dalam
Inventory pada tahun 2007 berputar
rata-rata 6,7x dalam setahun
|
|
Dana yang tertanam dalam
Inventory pada tahun 2008 berputar
rata-rata 5,5x dalam setahun
|
Dana yang tertanam dalam
Inventory pada tahun 2008 menurun,
karena walaupun HPP pada tahun 2008 naik tetapi Persediaan yang masih ada
dalam gudang pun meningkat.
|
d. Inventory Turnover
|
Harga Pokok Penjualan (HPP)
|
= 2.801.648,38
|
= 4.325.445,01
|
|||
|
Inventory Rata-rata
|
413,813
|
781,363
|
|||
|
|
= 6,7
|
= 5,54
|
|||
|
|
|
Persediian (Inventory) yang masih
tersedia dalam gudang, rata-rata selama 53,2 hari.
|
|
Persediian (Inventory) yang masih
tersedia dalam gudang, rata-rata selama 65,03 hari.
|
Persediian (Inventory) yang masih
tersedia dalam gudang pada tahun 2008 menurun, hal ini mungkin karena
kenaikkan harga pada barang dagang.
|
e. Average Day's Inventory
|
Inventory Rata-Rata x 360
|
= 413.813 x 360
|
= 781.363 x 360
|
|||
|
HPP
|
2,801,648.38
|
4,325,445.01
|
|||
|
|
= 53,2
|
= 65,03
|
|||
|
|
|
Dana yang tertanam dalam modal
kerja pada tahun 2007, berputar rata-rata 9,6x dalam setahun
|
|
Dana yang tertanam dalam modal
kerja pada tahun 2008, berputar rata-rata 8,5x dalam setahun
|
Dana yang tertanam dalam modal
kerja pada tahun 2008 menurun, Penjualan yang dihasilkan lebih kecil dari
Hutang Lancar yang dimiliki perusahaan.
|
f. Working Capital Turnover
|
Penjualan Neto
|
= 5.960. 954
|
= 8.161.217
|
|||
|
Aktiva Lancar - Hutang Lancar
|
1.647.854 - 1.027.958
|
1.975.656 - 1.016.167
|
|||
|
|
= 9,6
|
= 8,50
|
|||
|
|
|
|
|||
IV. Ratio Keuntungan (Profitabilitas)
|
|
|
Laba bruto per rupiah penjualan.
Pada tahun 2007 setiap rupiah penjualan menghasilkan laba bruto Rp. 0,53
|
|
Laba bruto per rupiah penjualan.
Pada tahun 20078setiap rupiah penjualan menghasilkan laba bruto Rp. 0,47
|
Laba bruto per rupiah penjualan.
Pada tahun 2008 menurun, hal ini terjadi karena naiknya HPP barang dagang.
|
a. Gross Profit Margin
|
Penjualan Neto - HPP
|
= 5.960. 954 - 2.801.648,38
|
= 8.161.217 - 4.325.445,01
|
|||
|
Penjualan Neto
|
5,960,954
|
8,161,217
|
|||
|
|
= 0,53
|
= 0,47
|
|||
|
|
|
Laba Operasi sebelum bunga dan
pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Setiap rupiah penjualan
pada tahun 2007 menghasilkan laba operasi sebesar Rp. 48
|
|
Laba Operasi sebelum bunga dan
pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Setiap rupiah penjualan
pada tahun 2008 menghasilkan laba operasi sebesar Rp. 41
|
Laba Operasi sebelum bunga dan
pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Setiap rupiah penjualan
pada tahun 2008 menurun hanya menghasilkan laba operasi sebesar Rp. 41
|
b. Operating Income Ratio
|
Penjualan Neto - HPP - By, Adm, PJ,
Umum
|
= 5.960.954 - 2.801.648,38 -
281.162 - 14.197
|
= 8.161.217 - 4.325.445,01 -
426.055
|
|||
(Operating Profit Margin)
|
Penjualan Neto
|
5,960,954
|
8,161,217
|
|||
|
|
= 0,48
|
= 0,41
|
|||
|
|
|
Setiap rupiah penjualan pada tahun
2007 mempunyai biaya operasi Rp. 0,52
|
|
Setiap rupiah penjualan pada tahun
2008 mempunyai biaya operasi Rp. 0,58
|
Setiap rupiah penjualan pada tahun
2008 meningkat, hal ini terjadi karena Hpp & by. Adm pada perusahaan
meningkat.
|
c. Operating Ratio
|
HPP + By. Adm, Penjualan, Umum
|
= 2.801.648,38 + 281.162
|
= 4.325.445,01 + 426.055
|
|||
|
Penjualan Neto
|
5,960,954
|
8,161,217
|
|||
|
|
= 0,52 atau 52%
|
= 0,58 atau 58%
|
|||
|
|
|
Pada tahun 2007 setiap rupiah
penjualan menghasilkan keuntungan neto sebesar Rp.0,33
|
|
Pada tahun 2008 setiap rupiah
penjualan menghasilkan keuntungan neto sebesar Rp.0,32
|
Pada tahun 2008 penjualan yang
dihasilkan menurun, sehingga hanya mendapat keuntungan neto sebesar Rp. 0,32
|
d. Net Profit Margin (Sales Margin)
|
Keuntungan Neto Sesudah Pajak
|
= 1.973.428
|
= 2.631.019
|
|||
|
Penjualan Neto
|
5,960,954
|
8,161,217
|
|||
|
|
= 0,33
|
= 0,32
|
|||
|
|
|
Setiap satu rupiah modal pada tahun
2007, menghasilkan keuntungan Rp.
54,55 untuk semua investor
|
|
Setiap satu rupiah modal pada tahun
2008, menghasilkan keuntungan Rp.
60,57 untuk semua investor
|
Keuntungan yang didapatkan oleh
investor pada tahun 2008 naik menjadi Rp. 60,57.
|
e. Earning Power of Total Investment
|
EBIT
|
= 2.920.242
|
= 3.949.435
|
|||
(Rate of Returnan
Total Assets)
|
Jumlah Aktiva
|
5,352,986
|
6,519,791
|
|||
|
|
= 0,5455 atau 54,55%
|
=0,6057 atau 60,57 %
|
|||
|
|
|
Keuntungan neto yang di dapatkan
dari aktiva yang di tanam pada tahun 2007 sebesar Rp. 36,87
|
|
Keuntungan neto yang di dapatkan
dari aktiva yang di tanam pada tahun 2008 sebesar Rp. 40,35
|
Keuntungan neto yang di dapatkan
dari aktiva yang di tanam pada tahun 2008 naik menjadi sebesar Rp. 40,35
|
f. Net Earning Power Ratio
|
Keuntungan Neto Sesudah Pajak
|
= 1.973.482
|
= 2.631.019
|
|||
(Rate of Return on
Invesment/ROI)
|
Jumlah Aktiva
|
5,352,986
|
6,519,791
|
|||
|
|
= 0,36866 atau 36,87%
|
= 0,4035 atau 40,35%
|
|||
|
|
|
Pada tahun 2007 setiap rupiah modal
sendiri menghasilkan keuntungan neto Rp. 2,26 yang tersedia bagi pemegang
saham preferen dan saham biasa
|
|
Pada tahun 2008 setiap rupiah modal
sendiri menghasilkan keuntungan neto Rp.3,02 yang tersedia bagi pemegang
saham preferen dan saham biasa
|
Pada tahun 2008 setiap rupiah modal
sendiri naik, dan menghasilkan keuntungan neto Rp.3,02 yang tersedia bagi
pemegang saham preferen dan saham biasa
|
g. Rate of The Owners
|
Keuntungan Neto Sesudah Pajak
|
= 1.973.482
|
= 2.631.019
|
|||
(Rate of Return on Net Worth)
|
Jumlah Modal Sendiri
|
870,849
|
370,849
|
|||
|
|
= 2,26 atau 226%
|
= 3,02 atau 302%
|
|||
|
||||||
Dari perhitungan Tabel 1.1 maka
dapat disimpulkan bahwa :
|
||||||
1. Ratio Likwiditas
|
||||||
Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau untuk membayar
hutang dalam bentuk aktiva cukup baik, namun jumlah kas yang dibutuhkan untuk
menjamin hutang lancar pada tahun 2008 menurun. Sehingga dari perhitungan
diatas bisa di tarik kesimpulan bahwa PT. Astra Agro Lestari dapat membayar
hutang lancar dengan tepat waktu.
|
||||||
2. Ratio Leverage
|
||||||
Kemampuan perusahaan untuk membiayai hutang cukup baik, hal ini
bisa dilihat dari naiknya Total Debt to Ratio, Long Term Debt to Euqity Ratio.
Dengan demikian kreditur tidak akan khawatir dengan hutang yang diberikan
kepada PT. Astra Agro Lestari
|
||||||
3. Ratio Aktivitas
|
||||||
Kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva & sumber daya yang
dimiliki kurang baik, karena banyak persediaan yang tidak terpakai dan
menurunnya nilai penjualan.
|
||||||
4. Ratio Keuntungan
|
||||||
PT. Astra Agro Lestari mengalamin penurunan keuntungan pada tahun
2008, hal ini terjadi karna naiknya HPP sehingga mengakibatkan menurunnya
nilai penjualan, dan naiknya by.Adm mengakibatkan uang perusahaan menjadi
lebih sedikit.
|
||||||
Pada perhitungan Ratio PT. Astra Agro Lestari, cara menghitung
Harga Pokok Penjualan (HPP)
|
||||||
Tahun 2007
|
||||||
HPP = ( 1 - GPM ) * Penjualan Bersih
|
||||||
HPP = ( 1 -0,53 ) * 5.960.954
|
||||||
= 2.801.648,38
|
||||||
Tahun 2008
|
||||||
HPP = ( 1 - GPM ) * Penjualan Bersih
|
||||||
HPP = ( 1 - 0,47 ) * 8.161.217
|
||||||
= 4.325.445,01
Daftar Pustaka
Nainggolan,Pahala.AkutansiKeuanganYayasandanLembagaNirlabaSejenis.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2005.
http://www.ilmu-investasi.com/2012/07/cara-membaca-rasio-laporan-keuangan.html
|
Tabel 1.1 Perhitungan Ratio | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Sumber : PT. Astra Agro Lestari Tbk. | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar